Tittle :
The Last One
Pairing : Hey
Say JUMP (a lot of pairing)
Author : orin (me)
Genre : AU, fluff, Romance, slice of life
Rating : PG
13
Disclaimer : Terinpirasi
dari Manga ‘Rahasia Taman Bunga’
A/N : Kei, Daiki, Ryo, and Yuri are girls
Summary : Kei, Daiki, Ryo and yuri adalah bersaudara,
saat ulang tahun Yuri yang ke-17, Ibu mereka membuat sebuah pengumuman yang
mengejutkan, bagi siapa diantara mereka berempat yang terakhir dilamar dialah
yang akan meneruskan toko bunga milik keluarga ini. Masalahnya Yuri dan
kakak-kakaknya sudah memiliki impian mereka masing-masing dan tidak ada
diantara mereka yang ingin meneruskan Toko Bunga tsb. Mereka berusaha mencari
pasangan hidupnya masing-masing dan tak ada yang ingin menjadi yang terakhir.
“Plan A”
Aku merasa lesu sekali pagi ini, aku aku sama
sekali tidak bisa tidur, kata-kata Kachan semalam tidak bisa lepas dari benakku.
Aku bahkan berharap ada Berita di TV menggatakan bahwa akan ada Badai besar
pagi ini, agar ada alasan untuk tidak ke sekolah. Tapi harapanku itu hanya
harapan. Hufft..............
Aku Chinen
Yuri, 17th, aku adalah anak bungsu di keluarga kami. Cita-cita belum tau, yang
pasti tidak menjadi Penerus Toko Bunga. Saat ini aku duduk di kelas 2 SMA.
Awalnya hidup ku terasa nyaman-nyaman saja, walaupun hidupku hanya dikelilingi
para wanita, tapi semua itu tiba-tiba berubah setelah ulang tahun ku yang
ke-17, aku baru menyadari bahwa aku telah menyia-nyia kan hidup ku selama ini
dengan tidak pernah berinteraksi dengan pria.
“Yuri Ohayou” Aku bertemu dengan Ryuna-sahabatku
sesaat kami akan memasuki gerbang sekolah.
“Ohayou” aku hanya bisa membalasnya lesu.
“Hey...ada apa dengan wajahmu?” Ryuna membalikkan
badannya mengamati wajahku dengan seksama.
“Lihat kau mendapatkan mata panda”, Ryuna
mengeluarkan cermin kecil yang selalu ia simpan di sakunya dan mengarahkannya
tepat di hadapan wajahku. “Aku tidak apa-apa hanya semalam aku tidur terlalu
larut setelah pestanya usai”, jawabku berbohong, aku hanya tidak ingin membahas
masalah semalam, setidaknya tidak untuk saat ini!!!
“Ayo jalan lebih cepat, nanti kita terlambat”
Ryuna menarik tangan ku saat ia menyadari kami hampir terlambat.
***
“Ryuna... aku butuh bantuan mu”!! Aku membuka
percakapan saat kami sedang duduk hanya berdua saja, saat itu waktu istirahat
siang dan seperti biasa aku dan Ryuna selalu memakan kotak bento kami di atap sekolah.
“Nani, bantuan apa?” balasnya menatapku sambil
tetap mengunyah bentonya.
“Tolong bantu aku mencari pria yang ingin menikahi
ku!!!”
“Eh kenapa, apa kau ha...” aku menutup mulutnya
dengan telapak tangan ku, matanya membulat tak percaya dengan apa yang baru
saja aku ucapakan
“Baka, Tentu saja tidak!” bantahku tanpa
mengijinkan Ryuna meyelesaikan kalimatnya, akhirnya mau tak mau aku menceritakan
peristiwa semalam, tentang siapa yang akan menjadi penerus Toko Bunga yang
dibangun susah payah oleh Tochan.
“Sou..ka!” Ryuna memainkan ujung sumpitnya di
bibirnya, terlihat ia berpikir keras mencerna apa yang baru saja aku ceritakan.
“Kau tau kan aku sama sekali belum pernah pacaran”
Ryuna mengangguk. “Dan aku juga tidak punya teman pria karena dari SMP aku sudah
masuk sekolah ini yang notabene nya adalah sekolah khusus perempuan, aku bahkan
jarang menggobrol dengan pria, karena di rumahku tidak ada pria setelah Tochan
meninggal.”
“Ryuna, apa kau tidak mendengar kan ku?” aku
merengek kepadanya, sambil mengguncang2 tubuhnya, ia terlihat melamun sejak tadi.
“Chigau, aku tidak melamun aku mendengarkan
ceritamu dengan seksama, justru saat ini aku sedang memikirkan solusi untukmu”.
“Benarkah?”
dia mengangguk, lalu tersenyum.
“Ahaa...aku dapat ide” Ryuna membuatku tersentak,
aku langsung mengalihkan perhatian ku kepadanya.
“Kau tau taman yang di Akihabara?”
“Un” aku mengangguk.
“Kau tau taman itu sangat ramai di hari minggu,
banyak pasangan yang berkencan disana. Hari minggu ini datanglah kesana, siapa tau
akan ada seorang pria tampan yang menggajak mu berkencan”.
***
Kurapikan
baju ku sambil menatap kaca, ku polesken sedikit blash on pink di pipi hingga tulang
pipi ku tampak naik dan merona, lalu ku sapukan lipgloss dibibirku senada
dengan warna blash on yang tadi ku pakai biar tampak mengkilap. Aku
tersenyum-senyum sendiri melihat hasilnya di kaca, ini pertama kalinya aku
memakai make-up seperti ini, hasilnya tidak terlalu buruk untuk pemula. Aku
sering memperhatikan Ryo berdandan jadi sedikit banyak aku jadi tau cara
memakainya. Dan untungnya Ryo sedang tidak ada dirumah, kalau dia tau aku
memakai peralatan make-up nya, bisa-bisa dia marah. Hihihi...membayangkan
ekspresi Ryo saja sudah membuatku terkikik dalam hati.
Yosha...siap
berangkat!!
“Kachan...aku pergi”!!! Aku sengaja buru-buru
pamitan terhadap Ibu, agar Ibu tidak melihat muka ku yang berwarna-warni
gara-gara make-up. Aku tak ingin membuatnya curiga...hihi.
“Yuri kau mau kemana, bukannya minggu ini kau yang
harus membantu Ibu di toko?!!” Setiap minggu kami berganti-gantian membantu Ibu
di Toko, dan aku tidak lupa kalau minggu ini adalah jatah ku.
“Kachan gomen, aku ada janji dengan Ryuna yang
tidak bisa dibatalkan”, aku terpaksa berbohong terhadap Ibu dan memberinya
tatapan memohon paling cute yang aku punya, ini adalah senjata ku dan biasanya
ampuh, aku terkikik dalam hati.
“Daiki-nee... hari ini kuserahkan Toko kepada mu
tolong gantikan aku membantu Kachan, aku tau Bunga kita lebih laris kalau kau
yang jaga”, sambil ku kedipkan kan mata ku kepada Daiki dan kuping Daiki
terlihat memerah mendengarnya. Masalah rayu merayu seperti ini, aku memang
jagonya! Dan aku harap rayuan ku ini juga akan mempan nantinya terhadap pria
yang ku sukai.
“Dasar anak nakal” Ibu masih sempat-sempatnya
mengutuk kepergian ku, tapi aku tak peduli aku hanya membalasnya dengan
tersenyum lebar.
“Biarkan saja Kachan” Daiki membela ku, aku sudah
memprediksi hal ini akan terjadi. Dan setelah itu aku benar-bernar pergi
meninggalkan mereka
***
Pukul 9.00, aku telah sampai di taman Akihabara
seperti yang Ryuna rencanakan. Aku memilih duduk di taman bangku yang kosong
sambil memangku tas kecil di atas paha.
Seperti Ryuna katakan taman ini memang cukup
ramai, aku sudah melihat beberapa pasangan yang berkencan, dan tentu saja
mereka membuat ku iri.
20 menit berlalu
Aku mencoba
tersenyum tiap ada pria yang melintas ke arah ku, tapi belum ada satu pun di
antara mereka yang menegur ku. Hmmmm.........
45 menit berlalu
Matahari
terasa semakin panas, beberapa kali ku buka cermin kecil yang bisa aku bawa di
dompet, tuk memastikan make-up ku masih utuh dan rapi.
1 jam 15 menit
Bibir ku
sudah terasa kering kebanyakan tersenyum, make-up ku juga sudah berantakan dan
aku tidak lagi peduli, aku ingin PULANG! Aku sudah siap-siap beranjak, tapi
tiba-tiba seorang pria datang menghampiriku, pria berambut pirang dengan gaya
rambut urakan, dengan badan yang sedang dan tinggi badan yang sedang tapi
berjalan agak ling-lung.
“Hey manis, apa kau sendirian? Berkencan lah
dengan ku”! Aku mencium bau alkohol dari pria ini, kelihatannya di mabuk di
siang bolong begini. Sial sekali pikirku!
“Ayolah” pria itu meminta ku lagi, aku takut
sekali berusaha menghindar namun dia berhasil menarik tangan ku, ingin sekali
aku berteriak dan meminta pertolongan tapi aku takut malah mempermalukan diriku
sendiri disini dengan menjadi bahan tontonan. “Pergilah” aku sengaja merendahkan suara ku agar kami tidak menjadi
pusat perhatian pengunjung taman.
“Hey aku tak kan berbuat jahat kepadamu, aku hanya
ingin kita bersenang-senang!!” yang benar saja mana ada penjahat yang mengaku
kalau dia jahat dan akan berbuat jahat. Raut muka terlihat tidak senang, lalu tangannya
tiba-tiba mengelus pipiku, hal ini membuat ku menjadi naik pitam
dan....”PERGI!!!” Aku berteriak padanya
dan ku dorong tubuhnya dengan sekuat tenaga agar menjauh, dan akhirnya kami
menjadi pusat perhatian pengunjung taman. Aku berjalan secepat mungkin dan
sedapat mungkin menghindari tatapan pengunjung.
“Nona..hey nona” terdengar suara pria berteriak
dari belakang sepertinya memanggil ku suaranya berbeda dengan pria yang tadi,
tapi aku tak mempedulikannya.
“Hey nona chibi,
apa kau mendengar ku?” sial sekali hari ini, sudah pasti memang aku lah orang
yang dia maksud. Aku sadar perawakan ku memang kecil, tapi berani-beraninya dia
memanggil ku chibi di depan umum. Tiba-tiba
sebuah tangan menyentuh pinggang ku.
“Aku hanya....”!
PLAK!!!
Aku menampar pipinya dengan tas kecil yang sedari
tadi kupegang, sepertinya cukup keras hingga ia mengerang kesakitan sambil
mengelus pipinya tepat di daerah sasaran ku tadi.
“Dasar hentai!!!” beraninya menyentuh-nyentuh
pinggang ku, aku tak sadar telah berteriak padanya, dan membuat ku kembali menjadi
bahan tontonan. Aku malu, marah, dan juga takut, semua perasaan ini campur aduk
hingga tanpa kusadari air mataku sudah mengumpul di ke dua ujung mataku.
---TBC---
0 komentar:
Posting Komentar